BAB II
HUBUNGAN
KUALITAS, KEPUASAN PELANGGAN, DAN KEMAMPUAN BERSAING SUATU ORGANISASI
Identifikasi
Pelanggan dan Konsep Dasar kepuasan Pelanggan
Mengidentifikasi
perilaku pelanggan adalah proses penelitian, mempersamakan, mengupulkan dan
menetapkan perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian. Karena yang
ditelitinya adalah bentuk perilaku maka cara penelitian yang paling tepat
dilakukan adalah dengan cara observasi. Sedangkan yang dimaksud dengan
observasi adalah penelitian dengan cara mengamati bahasa nonverbal atau
gerak-gerik tubuh, raut muka ataupun yang lainnya dari seseorang.
Cara
Mengidentifikasi Pelanggan
Cara mengidentifikasi pelanggan dibedakan kedalam 2
tipe cara pengidentifikasian. Pembedaan tersebut didasarkan pada situasi yang
dihadapi oleh perusahaan, apakah perusahaan menghadapi situasi pasar
kosumen atau situasi pasar bisnis.
Untuk lebih memperjelas tentang cara perusahaan dalam
mendapatkan informasi yang detail mengenai pelanggannya, maka akan dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut:
·
Mengidentifikasi
Pelanggan pada Situasi Pasar Konsumen
Dalam mengidentifikasi pelanggan
pada pasar konsumen (consumer markets), perusahaan
akan menghadapi 2 jenis keadaaan yaitu: dimana perusahaan dapat bertatap muka
secara langsung dan keadaaan dimana perusahaan tidak dapat bertatap muka secara
langsung.
1.
Situasi
Tatap Muka Secara Langsung
Jika perusahaan mempunyai kesempatan
untuk bertatap muka secara langsung dengan pelanggan maka cara
mengidentifikasi pelanggan adalah sebagai berikut.
1. Memakai database komputer yang dihubungkan
secara langsung dengan tempat kasir sehingga perusahaan dapat mengetahui dan
merekam semua produk yang dibeli oleh pelanggan, dan bila suatu saat nanti
pelanggan kembali lagi staf perusahaan dapat memberikan rekomendasi atas suatu
produk kepada pelanggan berdasarkan pada kebutuhan pelanggan tersebut (Peppers
et al.1999, h. 29).
2. Garansi perbaikan seumur
hidup secara gratis yang meliputi semua perbaikan, seperti yang dilakukan oleh
toko sepeda Zane`s di Branford, Connecticut. Toko ini menawarkan setiap pembeli
sepeda sebuah garansi perbaikan seumur hidup, sehingga dengan cara ini toko ini
dapat mengidentifikasi pelanggan dari formulir garansi yang diisi oleh
pelanggan dan memastikan bahwa setiap pelangganya akan dilayani dengan baik
secara personal (Peppers et al.1999,
h. 29).
3. Dapat pula dilakukan melalui telepon daftar pemesanan berupa
nama dan nomor seperti yang dilakukan oleh Indigo sebuah restauran terkenal di
Atlanta. Dimana rumah makan ini hanya memberikan layanan reservasi meja kepada
pelanggan setianya atau pelanggan yang sering mengunjugi rumah makan ini
(Peppers et al. 1999, h. 29).
4.
Bila perusahaan mempunyai banyak cabang, maka perusahaan dapat
melakukanya dengan menerapkan frequencymarketing
plan, yaitu: suatu taktik yang dapat membantu pemasar untuk
mendapatkan informasi dari pelanggan. Dan memberikan balas jasa berupa point atau diskon kepada pelanggan
setiap kali mereka mengidentifikasikan diri mereka (Peppers et al. 1999,
h. 30).
2.
Situasi
Tatap Muka Secara Tidak Langsung
Jika perusahaan tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan tatap muka secara langsung dengan
pelanggan maka perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Product web
sites and registrations
2. Recipies and
cooking clubs for food product consumer
3. Contest and
sweeptakes
4. Toll-
free product information and comment centers
·
Mengidentifikasi
Pelanggan pada Situasi Pasar Bisnis
Sebagaimana
perusahaan yang berada pada situasi pasar konsumen,perusahaan yang berada pada
situasi pasar bisnis juga harus tetap mengidentifikasi pelangganya.
Permasalahan yang dihadapi oleh pemasar pada situasi pasar bisnis adalah
mengidentifikasi pemakai akhirdari produk mereka, menurut Peppers et al (1999,
h. 43) untuk memecahkan masalah tersebut, maka perusahaan dapat melakukan
hal-hal berikut.
1. Jika
perusahaan memproduksi produk pelengkap seperti tinta dan recording paper dan lain-lain. Maka perusahaan akan mendapatkan
informasi mengenai pelanggan tersebut pada saat pemakai akhir melengkapi
formulir pemesanan atau ketika menghubungi lewat telepon atau mungkin melalui web site.
2. Jika
perusahaan memproduksi produk yang membutuhkan petunjuk lengkap pemakaian
manual. Maka untuk memperoleh identitas pemakai akhir adalah dengan cara menawarkan
petunjuk pemakaian yang terformat sesuai dengan kebutuhan dari pemakai akhir
yang bersangkutan.
3. Jika produk dari perusahaan
memerlukan perawatan secara rutin, maka perusahaan dapat
mendapatkan identitas dari pemakai akhir pada saat mereka melakukan perawatan
secara rutin tersebut.
4. Melengkapi produk dengan
fasilitas koneksi melalui web site (web enabled connectivity). Melengkapi
produk dengan kemampuan untuk terhubung secara langsung dengan perusahaan
melalui web site.
5. Menganjurkan pada pemakai
akhir agar mendaftarkan produk yang dibelinya kepada perusahaan yang membuat
produk yang bersangkutan, yang dapat dilakukan melalui telepon, web site, atau melalui surat.
6. Menawarkan katalog kepada
pelanggan, sehingga mereka bisa mendapatkan informasi mengenai produk atau
menyertakan formulir berlangganan majalah khusus untuk pengguna produk tersebut
secara gratis.
Mekanisme
Memahami dan Memenuhi Harapan Pelanggan
Ekspektasi
pelanggan dapat juga ditentukan melalui mengajukan pertanyaan tentang berapa
tingkat kinerja yang dibutuhkan untuk memenuhi Harapan pelangan itu.
karakteristik produk yang diharapkan oleh pelanggan dapat dipandang sebagai suatu
hirarki progresif dari tiga tingkat, yaitu ;
·
Ekspektasi
dasar dari pelanggan atau yang disebut ekspektasi implisit,
yaitu tingkatan terendah dalam model hirarki ekspektasi pelanggan, yang
mencakup tingkat kinerja minimum yang selalu diasumsikan ada, dan jika
karakteristik produk ini hilang maka pelanggan akan selalu tidak puas.
Contohnya produk mobil adalah badan mobil yang anti karat telah diasumsikan
merupakan atribut dasar yang otomatis ada pada mobil itu sehingga diharpkan
tidak akan berkarat dalam selang waktu tertentu.
·
Ekspektasi
tingkat kedua dari pelanggan atau yang disebut ekspektasi eksplisit,
dimana mencakup spesifikasi dan kebutuhan, yang terdiri dari pilihan-pilihan
dan “trade-offs” yang tersedia untuk dipilih oleh pelanggan. Pada tingkat ini
spesifikasi dan kebutuhan ditentukan dan dinegoiasikan antara pelanggan dan
pihak penjual atau pembuat produk. Contohnya pada pembelian mobil, terdapat
karakteristik seperti hemat bahan bakar, akselerasi yang tinggi, warna mobil,
kemampuan tenaga, harga, dan proteksi jaminan, dimana semua spesifikasi dan
kebutuan ini merupakan features dari mobil itu.
·
Ekspektasi
pelanggan pada tingkat tertinggi atau yang disebut ekspektasi tersembunyi,
merupakan nilai tambah dari karakteristik dan features yang tidak diketahui
sebelumnya oleh pelanggan, sehingga
apabila karakteristik ini ada pada produk itu maka pelanggan akan sangat
senang. Kinerja pada tingkat ini dapat mencakup semua kebutuhan eksplisit dan
yang tersembunyi. Kebutuhan ini tidak jelas dan tidak diketahui pelanggan,
tetapi pelanggan akan merasakan manfaatnya apabila ada.
Pemahaman
terhadap ekspektasi adalah prasyarat untuk peningkatan kualitas dan mencapai
kepuasan total pelanggan.mekanisme untuk memahami ekspektasi pelanggan dapat
menggunakan suatu kerangka kerja berdimensi dua, dimana dimensi pertama
mengklasifikasikan pendekatan yang dilakukan oleh pemasok (supplier) bergerak
dari mode reaktif ke proaktif, sedangkan dimensi kedua mengindikasikan tingkat
pemahaman yang mungkin dicapai oleh setiap mekanisme. Untuk memahami ekspektasi
pelanggan dapat dibagi kedalam tiga tingkat, yaitu ;
·
Pemahaman tingkat
(level) 1 Menampung Keluhan
Merupakan tingkat pemahaman terendah
dari pemasok terhadap ekspektasi pelanggan yang dicirikan oleh mode reaktif.
Pendekatan ini terutama ditujukan hanya menampung keluhan dari pelanggan,
kemudian baru dicari langkah penyelesaiannya.
·
Pemahaman tingkat
(level) 2 Survei Tidak Terstruktur, Analisis data Penjualan, Umpan Balik dari
pelanggan.
Merupakan pemahaman terhadap ekspektasi
pelanggan pada tingkat yang lebih tinggi, dicirikan melalui pendekatan aktif
dari pemasok untuk mendengarkan pelanggan. Mekanisme ini didefinisikan sebagai
pendekatan yang mengkomunikasikan dengan pelanggan, tetapi masih memandang
ekspektasi pelanggan sebagai tujuan kedua, bukan sasaran utama yang ingin
dipahami. Tujuan utama dari pemasok dalam pendekatan ini sering hanya utnuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan atau menjual lebih banyak produk atau
memperkenalkan produk baru.
·
Pemahaman tingkat
(level) 3 wawancara pribadi,kelompok focus, survey terstruktur.
Merupakan pemahaman terhadap ekspektasi
pelanggan pada tingkat yang paling tinggi, dicirikan melalu pendekatan proaktif
dari pemasok untuk mendengarkan ekspektasi pelanggan. Pendekatan ini mencakup
wawancara pribadi dengan pelanggan, kelompok fokus, dan melaksanakan survei
yang didesain khusus untuk menjaring informasi dari pelanggan. Mekanisme lain
pada tingkat tertinggi ini adala mystery shopper, dimana pihak pemasok
menempatkan diri mereka sebagai pelanggan yang akan menggunakan produk yang
dihasilkan itu. Benchmarking dapat dikategorikan sebagai pendekatan level 3,
dimana benchmarking merupakan seuatu pendekatan proaktif yang memungkinkan
pihak manajemen perusahaan memahami bisnis yang dilakukan, pasar yang dilayani,
serta dapat memotivasi manajemen memfokuskan perhatian pada usaha-usaha
perbaikan terus-menerus dan mengimplementasikan manajemen perubahan.
Benchmarking menjadi alat manajemen yang mendasar yang dapat membimbing pihak
manajemen perusahaan untuk melihat keluar perusahaan, dan juga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan untuk menjadi lebih unggul dari perusahaan
pesaing yang unggul itu.
Terdapat
empat jenis bencmarking, antara lain ;
1. Internal benchmarking,
merupakan investigasi benchmarking yang paling mudah melalui membandingkan
operasi-operasi di antra fungsi-fungsi dalam organisasi itu sendiri. Internal
benchmarking dapat dikatakan sebagai suatu paket upayah perbaikan terus-menerus
untuk mengidentifikasi praktek bisnis terbaik yang ada didalam lingkungan
perusahan sendiri. Dengan melakukan internal enchmarking dapat diperoleh
informasi yang lebih jelas, kritis, dan obyektif, tentang adanya kesenjangan
kinerja antar-unit bisnis atau bagian didalam perusahaan, serta penyebab
terjadi kesenjangan kinerja itu. Melalui implementasi internal benchmarking
akan mendorong semakin berkembangnya komunikasi internal dan pemecahan masalah
secara bersama diantra unit bisnis atau bagian yang ada di dalam organisasi
itu.
2. Competitive
benchmarking, berfungsi untuk memposisikan
produk dari perusahaan terhadap produk dari pesaing. Competitive benchmarking
diterapkan untuk menciptakan atau meningkatkan daya saing serta mampu
memperbaiki posisi produk dalam pasar yang kompetitif. Melalui competitive
benchmarking akan diperoleh informasi tentang kinerja terbaik dari pesaing,
dimana infomasi tentang kinerja terbaik dari pesaing, dimana informasi ini
dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menciptakan produk yang lebih baik
dari yang baik itu. Dalam competitive bechmarking, target pembanding berada
diluar perusahaan dan juga bersifat fleksibel, tergantung pada tujuan.
Implementasi competitive benchmarking relatif lebih sulit dibndingkan internal
benchmarking, karena informasi yang diperlukan berada diluar perusahaan.
Competitive benchmarking sering juga disebut sebagi external benchmarking.
3. Functional benchmarking,
merupakan jenis benchmarking yang tidak harus membatasi pada pembandingan
terhadap pesaing langsung.functional benchmarking dapat melalkukan investigasi
pada perusahaan-perusahaan yang unggul dalam industri yang tidak sejenis.
Functional benchmarking perlu dipertaankan melalui mendefinisikan karakteristik
kinerja yang harus serupa dengan fungsi-fungsi dari perusahaan. Dalam
functional benchmarking nilai target pembanding dapat berasl dari perusahaan
tidak sejenis yang unggul. Implementasi functional benchmarking lebih sulit
dilakukan karena informasi yang diperlukan pada umumnya lebih sulit diperoleh serta benchmark targes
memerlukan imajinasi dan kreativitas yang tinggi.
4. Generic benchmarking,
yaitu jenis benchmarking dimana beberapa fungsi bisnis dan proses adalah sama
tanpa mempedulikan ketidak serupaan atau ketidak sejenisan diantara industri
lainya. Generic benchmarking membutuhkan konseptualisasi yang komprehensif,
serta merupakan jenis benchmarking yang paling sulit.
Walaupun
benchmarking sering disederhanakan dengan istilah menjiplak atau meniru, tetapi
proses implementasi ternyata tidak mudah, membutuhkan pendekatan yang
komprehensif dari manajemen perusaaan secara keseluruhan.
Penyebaran
Fungsi Kualitas (QDF)
QFD (Quality
Function Deployment ) merupakan salah satuteknik yang digunakan untuk
menterjemah kebutuhan konsumen kedalam karakteristik produk serta
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhinya.penyebaran fungsi
kualitas QDF memudahkan terjemahan memprioritaskan satuan persyaratan
pelanggan subyektif ke satu set systemlevel persyaratan selama sistem desain
konseptual. QFD adalah metode yang digunakan untuk mengembangkan suatu produk
yang kompleks dengan menghubungkan unsur perencanaan daridesain dan proses
pembuatan berdasarkan kebutuhan pelanggan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepuasan pelanggan. Metode QFD di pakai oleh perusahaan manufaktur dan
perusahaan jasa. Selain itu kualitas fungsi penyebaran
(QFD) adalah metode membantu mentransformasi kebutuhan pelanggan (dengan suara
pelanggan) kekarakteristik teknik dalam bentuk produk atau layanan. Sedangkan
menurut buku total quality management, QFD dapat diartikan sebagai alat
perencanaan yang digunakan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Hal ini termasuk
dengan desain produk, keteknikan dan produksi produk.
QFD
dapat memberikan beberapa keuntungan jangka pendek seperti mengurangi hambatan
lintas-fungsional yang terkait dengan tim pengembangan produk dan membantu
perubahan budaya perusahaan. Dalam jangka panjang, QFD telah terbukti
manfaat-manfaat nyata seperti lebih mengurangi waktu siklus, mengurangi biaya
pembangunan, dan produktivitas meningkat. Manfaat terpenting dari QFD adalah
efektivitas dalam menangkap, memprioritaskan dan menstabilkan kebutuhan
pelanggan.
Menurut
Lou Cohen, manfaat utama yang diperoleh dari penerapan QFD yaitu:
1. Terciptanya
rangcangan produk dan jasa berbasis kepuasan pelanggan, karena keinginan
pelanggan diketahui.
2. Akan
lebih mudah dalam merancang produk yang fokus pada pelanggan
3. Membandingkan
produk/jasa terhadap pesaing untuk saling memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Lebih
fokus dalam mendesain produk untuk memuaskan pelanggan sehingga waktu pemasaran
cepat.
5. Membantu
dalam merencanakan desain terbaru untuk di masa depan, biaya tidak terlalu
tinggi.
6. Mendorong
terciptanya kerja sama antara departemen
7. Data
terkumpul dengan baik dalam membantu mengambil keputusan.
Tahapan QFD
Tahap
perencanaan dan pengembangan fase model QFD dapat disebut juga matriks, adapun
matriks perencanaan dan pengembangan QFD adalah sebagai berikut:
1. Matriks
perencanaan produk (house of quality) .
Menjelaskan
tentang customer needs, technical requirements, co-relationship, relationship,
customer competitive evaluation, competitive technical assement, dan targets.
HOQ terdiri dari tujuh bagian utama tersebut.
2. Matriks
perencanaan part (part of deployment) .
Merupakan
faktor-faktor teknis yang critical terhadap pengembangan produk.
3. Matriks
perencanaan proses (process planning)
Merupakan
matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk
4. Matriks
perencanaan produksi (production plannning)
Memaparkan
tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan kualitas produk.
Mengukur Kepuasan dan kesetiaan
Pelanggan
Kepuasan
Pelanggan menurut Kotler, seorang ahli pemasaran adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.Dapat
dikatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi.
Perkembangan
dunia bisnis yang semakin pesat membuat semakin beraneka ragamnya barang dan
jasa yang ditawarkan oleh pasar dan ini memberikan peluang bagi masyarakat
untuk membeli produk dan jasa yang sesuai dengan keinginannya. Tingkat persaingan dalam bisnis semakin
tinggi, sehingga para pelaku bisnis tidak lagi bisa hanya menjual produk tanpa
ada planning dan strategi. Pelaku bisnis
harus mampu merebut hati konsumen supaya bisnis mereka dapat berjalan terus bahkan
memberikan keuntungan yang diharapkan.
Merebut hati konsumen dengan memberikan pelayanan yang mampu memuaskan
hati konsumen menjadi hal yang penting bagi suatu bisnis.
Kotler
(1996) mengidentifikasi 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yakni :
A.
Sistem Keluhan dan
Saran.
Setiap organisasi yang berorientasi
kepada pelanggan (customer oriented) perlu memberikan kesempatan yang
luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan
mereka. Media yang digunakan dapat berupa kotak saran yang diletakan di tempat-tempat
strategis, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa dan sebagainya.
Informasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide
baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya
untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang
timbul.
B.
Ghost Shopping.
Salah satu cara untuk memperoleh
gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan cara mempekerjakan beberapa
orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan
atau pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka
memberikan laporan mengenai hasil kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan
pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.
C. Lost
Customer Analysis.
Perusahaan ada baiknya menghubungi para
pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat
memahami mengapa hal itu terjadi, dan juga agar dapat mengambil kebijakan
perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exitinterview saja
yang diperlukan, melainkan customer loss rate juga penting, dimana
peningkatan customer loss rate menunjukan kegagalan perusahaan dalam
memuaskan pelanggannya.
D. Survey
Kepuasan Pelanggan.
Banyak penelitian mengenai kepuasan
pelanggan yang dilakukan dengan cara penelitian survey dengan berbagai macam
media. Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik (feed
back) secara langsung dari para pelanggan dan juga memberikan tanda positif
bahwa perusahaan memberikan perhatian terhadap parapelanggannya.
No comments:
Post a Comment