BAB
IV
KUALITAS
PELAYANAN DAN MANAJEMEN PROSES
Defenisi, Klasifikasi
dan Karakteristik Jasa
Jasa
adalah semua tindakan atau kegiatan yang dapat tawarkan oleh satu pihak kepada
pihak lainnya yang tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan apapun. Kotler dan
Armstrong (1993:494) Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang
ditawarkan kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Sementara itu Robert D. Reid (1989:29)
memberikan penjelasan mengenai jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud, tidak
seperti produk yang berwujud Jasa bukan barang fisik, tetapi sesuatu yang
menghadirkan kegiatan atau perbuatan. Kehadirannya ini umumnya dilakukan atas
dasar personal sering berhadap-hadapan langsung antara individu. Christian
Gonroos (1990:27) mencoba memadukan pengertian jasa sebagai aktivitas dari suatu
hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi antara konsumen dan pemberi jasa
dan/sumber daya fisik atau barang dan sistem yang memberikan jasa, yang
memberikan solusi bagi masalah-masalah konsumen.
Ada lima klasifikasi jasa, yaitu:
1.
Barang berwujud murni yaitu penawaran yang
terdiri dari barang berwujud, tidak ada jasa yang menyertai produk itu. Contoh
: garam, gula, merica, sabun, pasta gigi.
2.
Barang berwujud
disertai layanan yaitu penawaran berupa barang berwujud yang disertai dengan
satu atau beberapa jenis jasa untuk meningkatkan daya tarik konsumen. Contoh :
perusahaan dealer mobil tidak hanya menjual produknya saja tetapi disertai jasa
pendukung dari awal, proses dan sesudah produk tersebut terjual.
3.
Campuran yaitu
penawaran terdiri barang dan jasa dalam proporsi yang sama. Contoh : orang
datang ke restoran untuk mendapatkan makanan dan pelayanan yang diberikan.
4.
Jasa utama yang
disertai barang dan jasa tambahan yaitu penawaran terdiri dari jasa utama yang
disertai dengan jasa tambahan atau barang pendukung. Contoh : penumpang pesawat
terbang membeli jasa transportasi udara
5.
Jasa murni yaitu
penawaran hanya terdiri dari jasa. Contoh : psikiater, guru, laundry, psikolog
Dari pengertian tentang jasa, dapat dikatakan bahwa
jasa, mempunyai beberapa karkteristik. Menurut Philip Kotler (1994:466), ada
empat karekteristik utama jasa yang berpengaruh besar pada perencanaan program
pemasaran yaitu:
1.
Intangibility (tidak berwujud) yaitu
jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan
dikonsumsi. Bila barang merupakan suatu objek, alat, material, atau benda; maka
jasa justru merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
(performance), atau usaha
2.
Inseparability (tidak dapat
dipisahkan) yaitu Kegiatan jasa tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa, baik
perorangan ataupun organisasi serta perangkat mesin/teknologi.
3.
Variability (berubah-ubah/aneka
ragam) yaitu Bahwa kualitas jasa yang diberikan oleh manusia dan
mesin/peralatan berbedabeda, tergantung pada siapa yang memberi, bagaimana,
memberikannya, serta waktu dan tempat jasa tersebut diberikan.
4.
Perishability (tidak tahan lama)
yaitu Bahwa jasa tidak bisa disimpan untuk kemudian dijual atau digunakan,
sehingga pada dasarnya jasa langsung dikonsumsi pada saat diberi. Daya tahan
suatu jasa tidak akan menjadi masalah jika permintaan selalu ada dan mantap
karena menghasilkan jasa di muka dengan mudah. Bila permintaan turun, maka
masalah yang sulit akan segera muncul.
Sementara itu Lovelock (1984:30) menyatakan bahwa jasa
mempunyai tiga karakteristik utama :
1.
More intangible than tangible
(cenderung tidak berwujud) yaitu Jasa merupakan perbuatan, penampilan, atau
suatu usaha sehingga bila konsumen membeli jasa maka umumnya jasa tersebut
tidak berwujud, tetapi bila konsumen membeli suatu barang maka pada umumnya
barang tersebut berwujud sehingga dapat dipakai atau ditempatkan disuatu
tempat.
2.
Simultaneous production and
consumption (produksi dan konsumsi serentak) yaitu Jasa diproduksi dan
dikonsumsi dalam waktu yang sama artinya penghasil jasa hadir secara fisik pada
saat konsumsi berlangsung.
3.
Less standardized and uniform
(kurang terstandarisasi dan seragam) yaitu Industri jasa cenderung dibedakan
berdasarkan orang (people based) dan peralatan (equipment based).
Strategi Mengelola Mutu Jasa
Mutu jasa suatu perusahaan diuji dalam setiap pertemuan jasa. Jika
karyawan-karyawan eceran merasa bosan, tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sederhana, atau saling berkunjung pada saat pelanggan
sedang menunggu, pelanggan akan berfikir dua kali untuk melakukan bisnis lagi
dengan penjual tersebut. Ada 10 faktor yang signifikan dalam
mengelola mutu jasa, yaitu :
1.
Kesiapan sarana jasa (access)
2.
Komunikasi harus baik (communication)
3.
Karyawan yang terampil (competence)
4.
Hubungan baik
dengan konsumen (courtesy)
5.
Perusahaan dan
karyawan harus berorientasi pada konsumen (credibility)
6.
Harus konsisten dan cermat (responsiveness)
7.
Cepat tanggap (responsiveness)
8.
Keamanan konsumen terjaga (security)
9.
Harus bisa dilihat (tangibles)
10.
Memahami keinginan konsumen (understanding
knowing the costumer)
Selain 10
faktor di atas, untuk dapat mengelola mutu jasa dengan baik maka dapat
dilakukan dengan cara mengidentifikasi lima kesenjangan
yang mengakibatkan kegagalan Penyampain jasa, yaitu :
1. Kesenjangan
antara harapan konsumen dan persepsi manajemen : Manajemen tidak selalu
memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan.
2. Kesenjangan
antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa : Manajemen mungkin
memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi tidak menetapkan suatu set
standar spesifikasi.
3. kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa
dan penyampaian jasa : para personil mungkin kurang terlatih atau tidak mampu
atau tidak mau memenuhi standar.
4. Kesenjangan
antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal : Harapan konsumen dipengaruhi
oleh pernyataan yang dibuat para wakil perusahaan.
5. Kesenjangan
antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan : Kesenjangan ini terjadi
bila memiliki persepsi yang keliru tentang kualitas jasa tersebut.
Jadi
untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, manajemen kualitas jasa menfokuskan perhatian pada strategi pelayanan “7P”
1. Product.
Terdiri
dari Ide pengembangan produk, Variasi dan model
produk ,Spesifikasi
kualitas produk, Pengepakan, Logo produk / merk
dagang dan Pelayanan
pendukung.
2. Price
Terdiri dari Analisa
kompetitif, penetapan
harga, Diskon.
3. Place
:
Teriri dari Rencana saluran
distribusi, Alokasi
tempat pamer, Manajemen
gudang / persediaan, Kebijakan
dan standar tingkat pelayanan, Kenyamanan
lokasi.
4. Promotion
:
Terdiri dari Strategi
periklanan, Media
iklan yang digunakan, Penjualan
langsung bersifat pribadi, Posisi
pasar, Posisi
produk.
5. Phisical
Evidence :
Terdiri dari Kebersihan dan
penerangan, Kesehatan
karyawan, Kenyamanan
dalam menggunkan peralatan, Kredibilitas professional.
6. Process
Design:
Terdiri dari Deskripsi
pekerjaan, Prosedur
menangani masalah pelanggan, Prosedur
pelatihan, Penetapan
standar performance
7. Participants
:
Terdiri dari Pelatihan
tentang keterampilan interaksi dengan pelanggan, Sistem dan prosedur
balas jasa karyawan, Personal
Selling, Prosedurpartisipasi
sesuai norma berlaku.
Prinsip – prinsip
Manajemen Jasa
Menurut
Tjiptono (2006:75) untuk menciptakan suatu gaya manajemen dan lingkungan yang
kondusif bagi perusahaan jasa untuk memperbaiki kualitas, perusahaan
harus mampu memenuhi enam prinsip utama yang berlaku baik bagi perusahaan
manufaktur maupun perusahaan jasa. Keenarn prinsip tersebut sangat bermanfaat
dalarn membentuk dan mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan
penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan dengan didukung oleh pemasok,
karyawan, dan pelanggan. Enam prinsip pokok tersebut meliputi:
1.
Kepemimpinan
Strategi kualitas perusahaan harus
merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak hams
memirnpin perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya. Tanpa adanya
kepemimpinan dari manajemen puncak, maka usaha untuk meningkatkan kualitas
hanya berdampak kecil terhadap perusahaan.
2.
Pendidikan
Personil
perusahaan dari manajer puncak sampai karyawan operasional harus memperoleh
pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek yang perlu mendapatkan penekanan
dalam pendidikan tersebut meliputi konsep kualitas sebagai strategi bisnis,
alat dan teknik implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif dalam
implementasi strategi kualitas.
3.
Perencanaan
Proses perencanaan strategik harus
mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan
perusahaan untuk mencapai visinya.
4.
Review
Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektil bagi
manajemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini merupakan suatu
mekanisme yang menjamin adanya perhatian yang konstan dan terus‑ menerus untuk
mencapai tujuan kualitas.
5.
Komunikasi
lmplementasi strategi kualitas dalam
organisasi dipengaruhi oleh proses komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi
harus dilakukan dengan karyawan, pelanggan, dan stakeholder perusahaan lainnya,
seperti pemasok, pemegang saham, pemerintah, masyarakat umum, dan lain-lain.
6.
Penghargaan dan pengakuan (Total
Human Reward)
Penghargaan dan pengakuan merupakan
aspek yang penting dalam implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan yang
berprestasi balk perlu diberi penghargaan dan prestasinya tersebut diakui.
Dengan demikian dapat meningkatkan motivasi, moral kerja, rasa bangga, dan rasa
kepemilikan setiap orang dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani.
Defenisi Proses dan
Manajemen Proses
Suatu
proses dapat didefenisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang, material,
metode, dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan guna untuk
menghasilkan nilai tambah output untuk pelanggan. Manajemen proses adalah Suatu
proses mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah
langkah sekuensial yang terorganisasi. Terdapat empat kelompok orang yang
terlibat dalam operasi dan perbaikan proses, yaitu:
1. Pelanggan
(Customers), merupakan orang yang akan menggunakan output secara langsung atau
orang yang akan menggunakan output itu sebagai input dalam proses kerja mereka.
2. Kelompok
kerja (work group), merupakan orang-orang yang bekerja dalam proses untuk
menghasilkan dan menyerahkan output yang diinginkan itu.
3. Pemasuk
(supplier), merupakan orang yang memberikan input ke proses kerja. Orang-orang
yang bekerja dalam proses pada kenyataannya merupakan pelanggan dari pemasok.
4. Pemilik
proses (process owner), merupakan orang yang bertanggung jawab untuk operasi
dari proses dan untuk perbaikan proses itu.
Konsep
dari manajemen proses berkaitan dengan perbaikan kualitas. Terdapat enam
komponen yang penting untuk manajemen proses, yaitu:
1. Kepemilikan
(ownership), menugaskan tanggung jawab untuk desain, operasi, dan perbaikan
proses.
2. Perencanaan
(planning), menetapkan suatu pendekatan terstruktur dan terdisiplin untuk
mengerti, mendefenisikan, dan mendokumentasikan semua komponen utama dalam
proses dan hubungan antar komponen utama itu.
3. Pengendalian
(control), menjamin efektivitas, semua output dapat diperkirakan dan konsisten
dengan ekspektasi pelanggan.
4. Pengukuran
(measurement), memetakan kinerja atribut terhadap kebutuhan pelanggan dan
menetapkan kriteria untuk akurasi, presisi, dan frekuensi perolehan data.
5. Perbaikan
atau peningkatan (improvement), meningkatkan efektivitas dari proses melalui
perbaikan-perbaikan yang diidentifikasi secara tetap.
6. Optimisasi
(optimization), meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui
perbaikan-perbaian yang diidentifikasi secara tetap.
Keenam komponen
di atas merupakan landasan untuk keberhasilan manajemen dari suatu proses apa
saja. Komponen-komponen itu dibutuhkan untuk proses kerja yang menghasilkan dan
menyerahkan produk ke pelanggan, untuk proses yang menspesifikasikan kebutuhan
dan kepuasan sepanjang rantai pelanggan-pemasok (customer-supplier chain), dan
untuk proses yang mendukung pekerja dalam pekerjaan mereka.
Langkah-langkah
Perbaikan Proses
Model
perbaikan proses pada umumnya terdiri dari enam langkah, yaitu :
1. Mendefenisikan
masalah dalam konteks proses
Model perbaikan proses dimulai dari
penetapan atau spesifikasi sistem mana yang terlibat, agar usaha-usaha dapat
terfokus pada proses bukan pada output.
Aktivitas
spesifik dalam langkah 1 ini adalah:
·
Identifikasi output
·
Identifikasi pelanggan
·
Defenisi kebutuhan
pelanggan
·
Identifikasi proses
yang menghasilkan output ini
·
Identifikasi pemilik
proses.
2. Identifikasi
dan dokumentasi proses
Diagram alir (flowchart) merupakan alat
yang umum dipergunakan untuk mendeskripsikan proses. Pembuatan diagram alir
dari proses akan memungkinkan kita untuk melakukan lima aktivitas perbaikan,
yaitu:
·
Mengidentifikasi
peserta (partisipants) dalam proses, berdasarkan nama, posisi, atau organisasi.
·
Memberikan kepada semua
peserta dalam suatu pemahaman umum tentang semua langkah dalam proses dan
peranan individual mereka.
·
Mengidentifikasi
inefisiensi, variasi, pemborosan, dan langkah-langkah “redundant” (berlebihan
atau tidak perlu) dalam proses.
·
Menawarkan suatu
kerangka kerja untuk mendefenisikan pengukuran proses.
·
Proses yang telah diidentifikasi
harus didokumentasikan secara baik agar dapat dipergunakan sebagai bahan
informasi yang berguna dalam perbaikan proses secara terus-menerus.
3. Mengukur
kinerja
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk
dapat mengkuantifikasikan bagaimana baik atau jelek suatu sistem sedang
berjalan atau beroperasi. Ukuran-ukuran kinerja harus didefenisikan dan
dievaluasi dalam konteks ekspektasi pelanggan, dengan kata lain setiap ukuran
kinerja yang dipergunakan harus mengacu pada ekspektasi pelanggan. Pada dasarnya
pengukuran kinerja dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu : proses,
output,dan outcome.
4. Memahami
mengapa suatu masalah dalam konteks proses terjadi
Masalah merupakan deviasi atau
penyimpangan yang terjadi antara kinerja yang diharapkan (target) dan kinerja
aktual (hasil aktual). Untuk memahami suatu masalah terjadi dan agar
langkah-langkah menuu perbaikan proses menjadi efektif dan efisien, kita dapat
mengajukan beberapa pertanyaan dasar, antara lain :
·
Apa yang menjadi
masalah utama dalam proses itu?
·
Apa yang menjadi akar
penyebab dari masalah dalam proses itu?
·
Apa yang merupakan
sumber variasi dan pemborosan dari proses itu?
5. Mengembangkan
dan menguji ide-ide
Ide-ide untuk perbaikan proses harus
ditujukan langsung pada akar penyebab masalah. Agar ide-ide yang dipilih untuk
perbaikan proses itu menjadi efektif, maka ide-ide itu perlu diuji terlebih
dahulu sebelum ide-ide tersebut diimplementasikan.eksperimentasi dari ide-ide
itu akan membantu menghindari kegagalan pada waktu ide-ide tersebut
diimplementasikan dalam proses.
6. Implementasi
solusi dan evaluasi
Langkah
ini dimulai melalui perencanaan dan implementasi perbaikan yang diidentifikasi
dan diuji dalam langkah sebelumnya. Langkah ini dilakukan untuk mengukur dan
mengevaluasi efektifitas dari proses yang diperbaiki
Model Perbaikan
Kualitas Berorientasi Proses
Proses
perbaikan kualitas membutuhkan studi tertentu, model yang digunakan disesuaikan
dengan metode-metode yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Proses
perbaikan kualitas biasanya dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian, dan
pemantauan kualitas. Contoh: Perusahaan xerox, Xerox mengembangkan suatu model
yang dikenal sebagai model proses solusi masalah ( problem-solving process, PSP
). Model PSP dari xerox terdiri dari enam langkah, yaitu:
1. Identifikasi
dan memilih masalah
2. Analisis
masalah
3. Membangkitkan
solusi potensial
4. Memilih
dan merencanakan solusi
5. Menerapkan
solusi
6. Menilai
solusi
Selain
model tersebut di atas, Dr Douglas Montgomey pada tahun 1990 mengemukakan suatu
model yang disebut sebagai modelm perbaikan kualitas proses bisnis ( business
process quality improrement, BPQI ) dapat dilihat pada bagan berikut ini :
PEMASOK
|
INPUT
|
AKTIVITAS
(PROSES)
|
OUTPUT
|
PELANGGAN
|
PENGUKURAN
|
MENGHILANGKAN
PENYEBAB KECACATAN
|
dan evaluasi kecacatan
CACAT
|
AKAR
PENYEBAB
|
Mengembangkan
kecacatan
tindakan korektif
tindakan korektif
Dari
bagan di atas tampak bahwa model perbaikan kualitas proses bisnis mengkaji
keseluruhan rantai pemasok-pelanggan, dimana suatu kebutuhan dari pelanggan
merupakan masukan bagi industri untuk diteruskan kepada pemasok.pengukuran
dilakukan pada keseluruhan sistem, dimana apabila ditemukan suatu kecacatan
maka harus diidentifikasi kecacatan itu, lalu dianalisis penyebab kecatatan
yang terjadi dalam proses secara keseluruhan. Hasil temuan berupa akar penyebab
kegagalan/keacatan itu selanjutnya melalui pengembangan tindakan korektif harus
dihilangkan. Kemudian dilakukan tindakan pengujian dan evaluasi untuk
mengetahui apakah tindakan korektif tersebut telah efektif menghilangkan
kecacatn tersebut.
Proses Perbaikan dan
Pengendalian
Beberapa
atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa adalah:
1.
Ketepatan waktu
pelayanan. Yang perlu diperhatikan di sini adalah berkaitan dengan waktu tunggu
dan waktu proses.
2. Akurasi
pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas kesalahan-
kesalahan.
3. Kesopanan
dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Terutama mereka
yang berinteraksi langsung dengan
pelanggan.
4. Tanggung
jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhandari
pelanggan.
5. Kelengkapan,
menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan
komplementer lainnya.
6. Kemudahan
mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet, banyaknya
kasir, banyaknya staf administrasi,
dll.
7. Variasi
model pelayanan, berkaitan dengan inovasi dalam memberikan pelayanan.
8. Pelayanan
pribadi, berkaitan dengan flexibelitas dan permintaan khusus.
9. Kenyamanan
dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangantempat pelayanan,
kemudahan tempat parkir, dll.
10. Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti
kebersihan, AC, ruang tunggu, dll.
Proses Pengendalian kualitas atau Quality Control secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang digunakan
untuk mencapai tingkatan kualitas yang diinginkan dari sebuah
produk atau jasa. Quality control adalah
kegiatan inspecting, testing dan grading dengan menggunakan statistik
sebagai analisa data yang tepat sebagai jawaban untuk pembanding dan estimasi
yang baik dan yang tidak baik dipisah-pisahkan (grading) untuk mencari mana
yang dapat diterima (accept) dan mana yang ditolak. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan spesifikasi produk atau jasa sesuai dengan kualitas yang
diharapkan. Pengendalian kualitas ini dilakukan ketika proses pembuatan barang
hingga selesai dan sampai barang tersebut berada ditangan konsumen sehingga
diharapkan ketika produk itu sudah jadi maka produk tersebut sesuai dengan
kualitas yang diharapkan. keuntungan pengendalian kualitas bagi produk atau
jasa antara lain:
1.
Dapat melakukan perbaikan
kualitas produk atau jasa.
- Sistem secara kontinu dievaluasi dan dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang berubah-ubah.
- Meningkatkan produktivitas yang merupakan tujuan perusahaan.
- Peningkatan produktivitas ini berarti penurunan scrap dan proses ulang.
- Menurunkan biaya produksi.
- Meningkatkan produktivitas dengan menurunkan leadtime pembuatan part atau subassemblies.
- Dapat melakukan perbaikan kualitas dan produktivitas secara terus-menerus.
Ada
banyak metode dan tools yang digunakan untuk melakukan pengendalian
kualitas (Quality Control) statistik namun yang terkenal adalah dengan
menggunakan Seven tools atau ada yang menyebutnya dengan seven
magnificent tools yaitu menggunakan:
1. Flowchart, tools
yang menggambarkan suatu proses barang atau jasa secara detail sehingga kita
bisa menganalisis bagian dari proses.
2.
Check Sheet atau Lembar
pemeriksaan lembaran yang berisi daftar
kualitas yang harus dipenuhi ketika proses berjalan.
3.
Histogram, grafik diagram batang yang menggambarkan banyaknya faktor yang
berpengaruh terhadap produk atau jasa.
4.
Scatter Plot, Diagram pola yang digunakan untuk menggambarkan kedekatan faktor
faktor pada produk atau jasa.
5.
Control Charts, Peta kontrol itu untuk mengtahui data tingkatan kualitas produk
terhadap kecacatan produk terhadap waktu yang ada. tujuannya untuk mendapatkan
keseragaman kualitas sehingga jika terjadi peningkatan grafik (jumlah cacat
lebih) maka perlu dilakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
6.
Fishbone Diagram
(Ishikawa Diagram), Analisis sebab akibat yang
digunakan untuk menggambarkan hubungan hubungan antara faktor penyebab
ketidaksuaian pada produk dan jasa.
7.
Pareto Diagram, diagram batang yang menggambarkan proporsi faktor yang berpengaruh
terhadap produk dan jasa. karena menurut pareto, dengan menyelesaikan 20% masalah
utama dapat meningkatkan hasil 80 %.
Teknik Pengawasan
Kualitas Secara Statistik
Pengawasan kualitas yang baik akan membantu dalam kelancaran proses
produksi, sehingga aktivitas produksi akan dapat mencapai sasarannya. Dengan
adanya pengawasan kualitas kemungkinan dapat mengurangi biaya-biaya yang
diperlukan yaitu dengan cara memperkecil jumlah kerusakan dan pemborosan yang
terjadi dalam produksi dan dapat dihindari. Dari keterangan di atas dapat
diketahui bahwa setiap aktivitas pengawasan kualitas merupakan usaha
tercapainya tujuan dalam pengawasan produksi. Jadi pengawasan kualitas
mempunyai hubungan yang erat dengan pengawasan produksi dan tidak adanya
pengawasan terhadap kualitas akan mengakibatkan perusahaan berjalan tidak
efisien yang pada akhirnya proses produksi tidak akan berjalan lancar.
Dalam melaksanakan kegiatan proses produksi biasanya terdapat
beberapa pilihan dalam hal peralatan proses produksi yang akan dipakai, mulai
dari penentuan tempat operasi, perencanaan gedung yang sesuai, sampai kepada
penentuan dan pilihan mesin-mesin serta fasilitas produksi lainnya. Sehingga
rancangan produksi barang yang akan diproses tidak terlepas dari standar
kualitas produk perusahaan, yang akan memudahkan untuk melakukan pengawasan
produk akhir. Memang perlu disadari bahwa tidak ada produk yang sempurna dan
mempunyai spesifik produk yang sama dengan apa yang ditentukan dalam standar.
Tetapi dengan adanya batasan-batasan pengawasan dan batasan toleransi tertentu
dapat diambil keputusan apakah produk tersebut layak.
Pengawasan kualiatas statistik adalah alat bantu manajemen untuk
menjamin kualitas, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan
oleh suatu proses produksi itu sama benar, tidak dapat dihindarkan adanya
variasinya. Pengujian statistik diperlukan untuk menyelesaikan masalah seperti
ini, dalam pengendalian kualitas statistik teknik-teknik tersebut diaplikasikan
guna memeriksa dan menguji data untuk menentukan standar dan mengecek
kesesuaian produk untuk mencapai operasi manufaktur yang maksimum, dan biasanya
menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah dan menaikkan tingkat posisi
kompetitif. Rancangan percobaan dapat digunakan dalam hubungannya dengan
pengendalian proses statistik untuk meminimumkan variabilitas proses, yang
menghasilkan produksi yang pada akhirnya bebas cacat (Purnomo, 2004).
Keuntungan Pengendalian Kualitas Statistik Pengendalian kualitas statistik
merupakan alat manajemen secara ilmiah.
No comments:
Post a Comment