BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Pengertian
“Accounting is
business language”. Akuntansi adalah merupakan bahasa bisnis, itulah istilah
yang sudah diakui oleh semua pihak. Oleh sebab itu sebagai suatu bahasa maka
akuntansi merupakan alat untuk berpikir bagi para Manajer dalam berkomunikasi
dengan atasan maupun terhadap rekan kerja dan juga terhadap bawahan.
Akuntansi
adalah suatu proses mengolah data keuangan (transaksi keuangan) menjadi
informasi keuangan agar pihak-pihak yang berkepentingan bisa memanfaatkan
informasi tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan
bisnisnya.
Secara
skematis, proses Akuntansi (Sistem Informasi Akuntansi).
Pada dasarnya
ada dua tipe akuntansi, yaitu: “akuntansi keuangan” dan “akuntansi manajemen”.
Kedua tipe akuntansi ini masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda,
karena pemakai (user) dari informasi yang dihasilkanpun berbeda. Informasi dari
Akuntansi Keuangan utamanya disajikan kepada “top manajemen” perusahaan, serta
pihak-pihak yang berkepentingan di luar perusahaan (pihak eksternal
perusahaan). Yang dimaksudkan pihak luar perusahaan antara lain adalah: pemegang saham, kreditor, pemerintah dan
pihak terkait lainnya.
Sementara
informasi yang dihasilkan Akuntansi Manajemen utamanya diperuntukkan bagi para
Manajer internal perusahaan. Yang dimaksudkan manajemen internal adalah semua
pihak jajaran Manajemen dalam perusahaan.
Dengan
demikian, pengertian Akuntansi Manajemen, adalah bagian dari proses
akuntansi yang bertujuan membantu manajer untuk menjalankan tiga fungsi
pokoknya, yaitu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan bisnis
perusahaan. Kehadiran akuntansi manajemen atau sistem informasi
manajemen dalam perusahaan merupakan suatu sistem yang akan memberikan
informasi kepada manajemen untuk membantu pihak-pihak internal dalam rangka
mencapai tujuan perusahan.
1.2
Sejarah Akuntansi Manajemen
Akuntansi yang kita kenal sekarang telah
berkembang seiring dengan zaman dan peradaban manusia. Masyarakat modern tidak
dapat terlepas dari apa yang dinamakan akuntansi. Namun, akuntansi yang telah diterapkan sekarang,
baik di organisasi profit oriented (perusahaan) maupun organisasi non profit
oriented (akuntansi public), sebenarnya telah mengalami evolusi.
Tulisan berupa hitungan-hitungan
sederhana yang ditemukan di gua-gua prasejarah di beberapa negara, seperti
pedalaman Amerika, Eropa, Arab, dan Asia menjadi bukti bahwa manusia zaman batu
telah mengenal akuntansi. Tonggak sejarah yang masih tertulis dan dikatakan
sebagai awal dan merupakan cikal bakal akuntansi adalah zaman Luca
Pacioli. Pacioli memperkenalkan sistem pembukuan berpasangan, yang disebut
“double entry bookkeeping system”.
Pada dasarnya model penghitungan
biaya produksi dimulai abad 19 (1880) dan kemudian berlanjut sampai dengan abad
20. Pada awalnya penghitungan biaya produksi menekankan pada penelusuran
tingkat laba kepada masing-masing produk. Sejak tahun 1925 mulai diperkenalkan
pendekatan perhitungan biaya persediaan. Dengan demikian sejak itu mulai dikembangkan
desain system “akuntansi biaya”.
Dalam tahap awal system pencatatan
biaya masih menekankan kepada biaya rata-rata, artinya seluruh biaya produksi
dibebankan kepada total produk (keluaran) yang dihasilkan. Para Manajer
perusahaan harus menerina informasi tersebut, karena memang belum merasa perlu
mengetahui biaya produk untuk setiap (masing-masing) jenis produk.
Dalam era global, dimana tingkat
persaingan bisnis semakin ketat, maka kebutuhan manajemen operasional terhadap
informasi keuangan semakin kompleks. Keputusan bisnis tidak bisa hanya
mengandalkan informasi yang disajikan “akuntansi keuangan” bahkan “informasi
akuntansi biaya” sekalipun. Manajer operasional semakin membutuhkan informasi
yang detail (rinci) dan relevan terhadap keputusan yang akan diambil.
Tuntutan manajer operasional
tersebut mendapat tanggapan dari para professional akuntan pada era tahun 1950
dan 1960 an, dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan system informasi
akuntansi keuangan. Usaha pada tahun-tahun tersebut belum menyentuh pokok
persoalan, karena belum menghasilkan seperangkat informasi dan prosedur baru
yang terpisah dari system pelaporan eksternal (akuntansi keuangan).
Baru memasuki era tahun 1980 an
mulai dikembangkan praktik-praktik akuntansi manajemen dengan mengembangkan
system akuntansi manajemen yang terpisah dari akuntansi keuangan agar dapat
memenuhi kebutuhan lingkungan ekonomi yang turbulent. Kondisi lingkungan bisnis
menuntut dilakukan pengembangan praktek-praktek akuntansi yang inovatif dan
lebih relevan terhadap kebutuhan.
Lingkungan baru tersebut menuntut
agar focus akuntansi manajemen bisa memberikan informasi lebih rinci kepada
manajer operasional, agar masing-masing manajer bisa lebih focus dalam
mengelola sumberdaya perusahaan dalam rangka:
a) Bisa memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan lebih baik.
b) Mengelola rantai nilai (value chain)
perusahaan lebih efektif.
c) Meningkatkan efisiensi biaya, waktu,
dan kualitas produk sehingga bisa meningkatkan daya saing perusahaan.
Bahkan dalam era tahun 2000 an
kebutuhan informasi semakin meningkat seiring dengan berkembangnya bisnis
melalui jaringan internet (e-business).
Sehingga system akuntansi manajemenpun harus bisa menjawab tantangan tersebut.
Seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat karena kebutuhan akan
informasi, maka ilmu akuntansi manajemen semakin berkembang. Bahkan
perkembangan terakhir khususnya di Indonesia muncul “konsep akuntansi syariah”.
1.3 Perbedaan Akuntansi Manajemen dengan
Akuntansi Keuangan
Sebelumnya sudah
dijelaskan, bahwa tipe akuntansi pada dasarnya ada dua yaitu: “akuntansi
keuangan” dan “akuntansi manajemen”. Walaupun konsentrasi fungsi dari akuntansi
keuangan menyajikan informasi bagi pihak eksternal perusahaan, dan informasi
akuntansi manajemen untuk pihak manajemen perusahaan, tidak berarti bahwa
manajemen internal perusahaan tidak membutuhkan informasi dari akuntansi
keuangan. Kedua informasi baik dari akuntansi keuangan maupun informasi dari
akuntansi manajemen sangat membantu (dibutuhkan) manajemen perusahaan
(internal) dalam mengambil keputusan operasi bisnisnya.
Perbedaan
antara bidang ilmu “akuntansi keuangan” dengan bidang ilmu “akuntansi
manajemen”, paling tidak bisa dilihat dari berbagai sudut pandang sebagai
berikut:
1) Pihak-pihak
yang membutuhkan laporan;
laporan yang dihasilkan akuntansi manajemen betul-betul hanya diperuntukkan
bagi manajemen internal perusahaan dari berbagai jenjang dan unit organisasi.
Sementara informasi yang dihasilkan akuntansi keuangan lebih banyak ditujukan
kepada pihak eksternal perusahaan (Pemegang Saham, Pemerintah, Kreditor, dan
Investor). Sedangkan bagi manajemen internal biasanya hanya kelompok manajemen
puncak saja yang peduli terhadap laporan keuangan.
2) Aturan
dalam penyusunan (penyajian) laporan; dalam membuat laporan bidang
akuntansi manajemen tidak terikat dengan kaidah-kaidah akuntansi yang
ditetapkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Artinya informasi
dibuat berdasarkan kebutuhan manajemen sesuai dengan relevansinya terhadap
keputusan yang akan diambil. Sementara penyusunan laporan keuangan versi
akuntansi keuangan harus mengikuti kaidah-kaidah yang baku seperti yang
ditetapkan dalam PSAK (Generally Accepted Accounting Principles).
3)
Pengaruh yang ditimbulkan; keputusan yang akan dilakukan
pihak eksternal terhadap perusahaan pasti akan berbeda dengan manajemen
internal atas informasi yang digunakannya. Laporan keuangan versi akuntansi
keuangan tidak banyak berpengaruh terhadap tindakan manajemen internal
dibandingkan dengan laporan akuntansi manajemen yang lebih rinci dan disajikan
dalam rangka pengendalian dan perbaikan terhadap kinerjanya. Sementara bagi
pihak eksternal yang berkepentingan, laporan keuangan versi akuntansi keuangan
akan mempengaruhi tindakan ekonominya terhadap persuahaan sesuai kepentingan
mereka.
4)
Orientasi waktu; akuntansi keuangan menyajikan
informasi keuangan atas waktu yang sudah lalu, karena orientasinya adalah
menyajikan laporan untuk mengukur kinerja perusahaan pada periode yang sudah
lewat. Sementara laporan akuntansi manajemen berorientasi kepada masa yang akan
dating (artinya untuk memandu manajemen dalam mengambil keputusan demi
peningkatan kinerja, atau ada keperluan lain diluar yang sudah disajikan pada
laporan keuangan versi akuntansi keuangan.
5)
Jangka waktu laporan; laporan keuangan standar (versi
akuntansi keuangan) disusun secara regular (biasanya tahunan), sementara untuk
laporan keuangan yang disusun versi akuntansi manajemen jangka waktunya
disesuaikan dengan kebutuhan (artinya jangka waktu bebas tidak terikat periode
regular).
6)
Isi dari laporan; ditinjau dari laporan (informasi)
yang disajikan, akuntansi keuangan menyajikan laporan secara ringkas (tidak
terinci). Contoh dalam angka penjualan dalam laporan laba rugi, hanya
menyebutkan angka secara total (selama setahun), tidak ada penjualan kepada
siapa dengan harga berapa dan sebagainya. Walaupun ada penjelasan didalam
laporan tetapi sifatnya betul-betul sangat ringkas. Sementara informasi dari
akuntansi manajemen harus lengkap (rinci), sehingga manajemen betul-betul paham
tindakan atau keputusan apa yang harus dilakukan atas informasi (laporan)
tersebut.
7)
Hubungan dengan disiplin ilmu lain; proses akuntansi keuangan untuk
menyajikan laporan keuangan hampir tidak memerlukan ilmu pengetahuan lain
selain ilmu akuntansi keuangan. Sedangkan untuk bisa menyajikan laporan
manajemen yang bisa dibaca dan dipahami oleh manajer operasional, penyaji
(akuntan) harus memiliki pengetahuan disiplin ilmu lain, agar bisa menjembatani
antara ilmu (kaidah-kaidah) akuntansi dengan kebutuhan manajemen.
1.4
Peran Akuntansi Manajemen
Akuntansi
manajemen pada dasarnya adalah ilmu yang menekankan jasa akuntan manajemen,
untuk membantu manajemen operasional dalam melaksanakan fungsi-fungsinya.
Mekanisme cara memberi bantuan tersebut secara garis besar adalah sebagai
berikut:
·
Akuntansi manajemen akan mengumpulkan
data dan informasi baik informasi akuntansi keuangan maupun informasi dari unit
organisasi lain yang dianggap relevan.
·
Selanjutnya data dan informasi tersebut
diolah sehingga bisa memberikan gambaran yang utuh bagi manajemen yang dituju,
sehingga bisa dipakai sebagai alat untuk menjalankan fungsi manajemen, antara
lain adalah untuk: perencanaan,
pengarahan, pengendalian dan pengambilan
keputusan.
·
Selanjutnya informasi tersebut disusun
dalam bentuk laporan yang memadai dan informative untuk disampaikan kepada
Manajemen yang lebih tinggi dan selebihnya sebagai dokumen perusahaan.
Letak
Akuntan Manajemen dalam organisasi perusahaan, biasanya dibawah Direktur yang
membidangi masalah keuangan. Sesuai perannya untuk memberikan jasa informasi
kepada manajemen operasional, maka fungsi dari Akuntan Manajemen dalam
organisasi perusahaan adalah menjalankan fungsi “staff”, bukan dalam “fungsi
lini”.
Seperti
diketahui, fungsi dari Manajemen Keuangan secara umum ada dua, yaitu: fungsi
“treasury” (bendaharawan) dan fungsi “controller” (akuntan) perusahaan. Dalam
perusahaan yang besar Akuntan Manajemen, ada dibawah Bidang “controller”
(Akuntan Perusahaan).
Fungsi
Akuntansi perusahaan biasanya dibagi menjadi dua yaitu: Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi Manajemen. Akuntansi Keuangan membidangi masalah-masalah “akuntansi
umum” (Piutang, Utang, Kas), masalah faktur dan masalah perpajakan. Sementara
Akuntansi Manajemen membidangi masalah perencanaan keuangan dan pengendalian.
Fungsi perencanaan dan pengendalian keuangan biasanya direpresentasikan dengan
Bidang Anggaran dan Bidang Akuntansi Biaya.
Untuk
lebih jelas dan memahami posisi Akuntan Manajemen dalam organisasi perusahaan,
berikut diberikan bagan (gambar) organisasi yang membidangi masalah keuangan
sebagai berikut:
*) Catatan: Staff khusus biasanya
terdiri dari para ahli dari berbagai disiplin ilmu, sehingga bisa membantu
dalam melakukan analisa terhadap semua masalah yang dihadapi manajemen.
1.5 Jenis-Jenis Informasi Akuntansi Untuk
Manajemen
Informasi yang
dihasilkan Akuntansi Keuangan diolah dari prinsip-prinsip akuntansi yang sudah
baku dan diterima secara umum, yaitu menggunakan persamaan dasar akuntansi,
yaitu: “Aktiva” = “Utang” + “Modal”
“Kredit” = “Debit”
Sedangkan dalam
Akuntansi Manajemen, proses penyajian informasi didasarkan pada prinsip dan
cara yang berbeda sesuai tujuannya. Didalam Akuntansi Manajemen dikenal istilah
“different cost for different purposes”, yaitu suatu konsep yang mendasarkan:
“pengetrapan biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.
Ada
tiga jenis kontruksi biaya dalam hubungannya dengan Akuntansi Manajemen, yaitu:
(a) Akuntansi
Biaya Penuh (Full Cost Accounting);
(b) Akuntansi
Biaya Diferensial
(c) Akuntansi
Pertanggung Jawaban
Penjelasan
atas ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akuntansi Biaya Penuh;
adalah suatu, konsep yang menyajikan informasi biaya langsung secara penuh
ditambah dengan bagian biaya tak langsung yang relevan untuk dibebankan kepada
obyek produk yang dimaksud. Biaya penuh (full cost) adalah pendekatan yang
digunakan pada Akuntansi Keuangan untuk menyajikan nilai persediaan dalam
neraca, serta nilai harga pokok penjualan terhadap produk yang terjual.
Komponen biaya penuh (full cost) adalah: biaya
bahan baku + biaya tenaga kerja langsung + total BOP + bagian biaya manajemen + bagian dari
biaya pemasaran).
2. Akuntansi Biaya Diferensial;
kadang-kadang masing-masing manajer menghadapi beberapa alternative (pilihan)
untuk keputusannya. Karena adanya pilihan tersebut, maka diperlukan informasi
yang berbeda-beda, sehingga Akuntansi Manajemen harus bisa memberikan informasi
yang relevan terhadap beberapa pilihan keputusan tersebut. Informasi yang
diberikan dengan berbagai alternative tersebut disebut “informasi diferensial”.
Untuk biaya yang berhubungan dengan informasi diferensial disebut “biaya
diferensial” atau “differential cost”. Dengan demikian biaya diferensial adalah
“selisih” (perbedaan) biaya untuk satu paket kondisi alternative pilihan dengan
paket biaya alternative lainnya.
Contoh: PT “X” membutuhkan satu unit spare, yang
bisa diperoleh dengan tiga pilihan, yaitu:
·
membeli
dengan harga Rp 1.100.000,-- per unit,
·
merakit
di PT Y dengan biaya Rp 1.000.000,-- atau
·
merakit
sendiri dengan harga: bahan Rp 600.000,-- dan biaya merakit Rp 200.000,-- per
unit.
·
Dari dua alternative merakit tersebut,
maka merakit sendiri perusahaan bisa menghemat biaya: Rp 200.000,-- per unit.
Selisih biaya sebesar Rp 200.000,-- tersebutlah yang disebut sebagai “biaya diferensial”.
·
Sedangkan membeli langsung sebesar Rp 1.100.000,--
bukan merupakan keputusan yang bisa diambil (irrelevant) atau tidak relevan
untuk diambil.
3. Akuntansi Pertanggung Jawaban
(Responsibility Accounting); untuk tujuan pengendalian biaya
manajemen perusahaan akan membagi organisasi perusahaan menjadi unit-unit
organisasi (bagian atau departementalisasi). Masing-masing unit organisasi
tersebut dijadikan “pusat biaya” atau “cost centre”, yang dipimpin oleh pejabat
yang harus bertanggung jawab terhadap realisasi biaya yang terjadi pada unit
organisasinya. Setiap periode akan dibuat laporan realisasi biaya masing-masing
cost centre yang dibandingkan dengan anggaran (budget). Masing-masing Pejabat
penanggung jawab cost centre harus mempertanggungjawabkan setiap selisih
(variance) antara realisasi biaya dengan anggarannya.
LAPORAN BIAYA DEPARATEMEN "BENGKEL"
|
|||
BULAN: DESEMBER 2010
|
|||
(dalam ribuan Rp)
|
|||
JENIS
BIAYA
|
AKTUAL
|
ANGGARAN
|
SELISIH
|
Upah Tenaga Kerja
|
500,000
|
450,000
|
(50,000)
|
Penggunaan suku cadang
|
400,000
|
450,000
|
50,000
|
Pemakaian bahan
pembantu
|
200,000
|
225,000
|
25,000
|
Biaya lain-lain
|
100,000
|
100,000
|
-
|
1,200,000
|
1,225,000
|
25,000
|
Dari table tersebut berarti secara total
departemen Bengkel memiliki selisih anggaran menguntungkan (favourable)
sebesar: Rp 25.000.000,--. Tetapi laporan tersebut belum menggambarkan kinerja
sebenarnya, sehingga diperlukan analisa lebih jauh lagi tentang keluaran
(produk) yang dihasilkan departemen bengkel pada bulan yang bersangkutan. Dari
penjelasan tersebut diharapkan agar Akuntansi Manajemen bisa mendesign system
informasi pertanggung jawaban yang “fair”, sehingga kinerja masing-masing unit
organisasi bisa dinilai setiap bulannya.
Pada
dasarnya system informasi akuntansi manajemen harus bisa memberikan peran yang
berarti bagi Manajemen Perusahaan pada umumnya. Informasi yang diberikan harus
memiliki fungsi sebagai
·
Alat untuk “perencanaan dan pengambilan
keputusan”
·
Alat untuk pengarahan dan pelaksanaan
kerja
·
Alat untuk pengawasan (pengendalian)
·
Alat untuk pengambilan keputusan.
1.6 Tema Baru Dalam Akuntansi Manajemen
Dalam era
digital dan era global, dimana perkembangan dunia bisnis semakin pesat maka
manajemen perusahaan senantiasa menuntut informasi yang lebih cepat, lebih
akurat dan relevan dengan keputusan yang akan diambil.
Untuk
bisa memahami perkembangan dan tuntutan informasi yang lebih berkualitas, maka
akuntan manajemen perlu memahami konsep-konsep sebagai berikut:
·
Manajemen Berdasarkan Aktivitas
(Activity Based Management)
·
Orientasi pada Pelanggan.
·
Penetapan Posisi Strategis (Strategic
Posistoning)
·
Kerangka Kerja Rantai Nilai
·
Perspektif Lintas Fungsional
·
Manajemen Kualitas Total (Total Quality
Management)
·
Perilaku Etis Dalam Bisnis.
“Manajemen Berdasarkan Aktivitas” (Activity
Based Management). Yaitu suatu pendekatan yang terintegrasi atas seluruh system
manajemen dengan lebih focus melihat berbagai aktivitas manajemen yang mengarah
kepada “peningkatan nilai bagi pelanggan” dan “peningkatan laba perusahaan”,
yang pada gilirannya bisa menaikkan “nilai perusahaan”. Manajemen by aktivitas
menitik beratkan kepada system pembebanan biaya berdasarkan aktivitas dan
analisis nilai proses. Penghitungan biaya berdasarkan aktivitas lebih dikenal
dengan istilah “activity- based costing” (ABC).
Activity
Based Costing, adalah suatu system pembebanan biaya dengan tujuan untuk
meningkatkan akurasi alokasi biaya. Dimana setiap biaya diusahakan agar bisa
ditelusuri sesuai aktivitas yang dibutuhkan, bila perlu sampai ke pelanggan.
Pertama-tama biaya akan dibebankan kepada “pusat biaya” yang melakukan
aktivitas sehingga terjadinya biaya tersebut. Kemudian biaya tersebut akan
dibebankan kesetiap produk yang dihasilkan unit aktivitas sesuai manfaat yang
telah diberikan kepada produk yang bersangkutan. Dengan demikian manajemen akan
mengetahui produk mana yang sebenarnya costnya paling murah dan yang bisa
memberikan marjin maksimal bagi perusahaan.
Sedangkan
analisis nilai proses adalah melakukan analisa terhadap setiap aktivitas untuk
mencoba memahami mengapa aktivitas tersebut harus dilakukan, apa manfaatnya dan
juga seberapa baik aktivitas tersebut dilakukan. Dengan melakukan analisa
setiap aktivitas maka effisiensi akan bisa dicapai, karena setiap aktivitas
harus memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkan.
Manajemen
modern harus berorientasi kepada peningkatan nilai pelanggan. Nilai pelanggan
(customer value), pada dasarnya adalah tingkat kepuasan pelanggan terhadap
produk yang diterima dari pengorbanan (nilai beli) yang sudah diserahkan.
Pengorbanan pelanggan adalah seluruh harga yang telah dibayar oleh pelanggan,
waktu dan usaha yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan kebutuhannya, termasuk
biaya pasca pembelian yang harus ditanggungnya.
Meningkatnya
nilai pelanggan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing perusahaan.
Keunggulan bersaing harus dikelola secara berkesinambungan, karena persaingan
semakin ketat. Mengelola perusahaan pada dasarnya adalah memimpin pasukan untuk
maju ke medan perang. Untuk menunjang aktivitas manajemen dalam strategic
planning, akuntansi manajemen harus bisa mendesain proses manajemen biaya
strategis (strategic cost management).
Strategi
umum perusahaan dalam menempatkan posisi stratejik, biasanya menggunakan
strategi:”kepemimpinan biaya” atau “produk superior”. Strategi kepemimpinan
biaya atau “cost leadership”, adalah strategi peningkatan efisiensi dalam
proses, sehingga bisa menekan harga jual. Tujuan dari strategi ini adalah
memberikan harga lebih murah dibandingkan dengan harga pesaing atas manfaat
(produk) yang sama. Atau penetapan harga yang sama dengan pesaing, tetapi
dengan manfaat yang lebih tinggi dibandingkan produk pesaing.
Sementara
strategi “produk superior”, adalah strategi meningkatkan kualitas atau daya
guna produk yang dihasilkan melalui deferensiasi. Deferensiasi produk adalah
membedakan produk kita dengan produk pesaing. Tujuannya adalah memberikan
manfaat lebih atas produk kita kepada pelanggan.
Sedangkan
“kerangka kerja rantai nilai”, adalah bahwa manajemen harus focus terhadap
rantai nilai internal (internal value chain), yaitu rangkaian aktivitas mulai
dari mendesain, mengembangkan, memproduksi dan mendistribusikan sampai produk
diterima pelanggan. Akuntansi Manajemen harus memahami rantai tersebut,
karakternya serta biaya yang sudah diserap masing-masing aktivitas tersebut.
Segala
uraian yang sudah dijelaskan tersebut pada akhirnya akan bermuara pada system
“manajemen kualitas total” atau yang lebih terkenal dengan Total Quality
Mangement (TQM). Dalam konsep TQM ada 3 nasehat pokok yaitu:
1. Voice
of employee; karyawan harus diberdayakan
karena pada dasarnya merekalah yang mengetahui permasalahan di tempat kerjanya.
Apabila karyawan didengar suaranya dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan
niscaya mereka akan menyumbangkan effisiensi dalam jangka panjang
(berkesinambungan).
2. Voice
of customer; pelanggan adalah pihak yang menghidupi perusahaan, suara pelanggan
harus direspons dengan segera. Perusahaan harus peduli kepada pelanggan, dan
harus betul-betul memahami apa kebutuhan pelanggan dan berusaha dipenuhi. Nilai
pelanggan harus senantiasa ditingkatkan, sehingga revenue perusahaan akan terus
meningkat secara berkesinambungan.
3. Voice
of process; system manajemen harus senantiasa dievaluasi secara berkelanjutan.
Dengan demikian inovasi harus selalu dilakukan sehingga setiap proses akan mengalami
peningkatan untuk terus membaik sehingga bisa meningkatkan mutu produk secara
berkesinambungan.
1.7 Latihan
1. Sebutkan
dua tipe akuntansi dan jelaskan perbedaan antara kedua tipe tersebut.
2. Mengapa
informasi yang dihasilkan akuntansi keuangan harus mengikuti kaidah
(prinsip-prinsip akuntansi) yang berlaku?.
3. Sebutkan dan jelaskan tiga jenis kontruksi
biaya dalam hubungannya dengan Akuntansi Manajemen.
4. Akuntan
Manajemen harus bisa memberikan informasi yang relevan terhadap kebutuhan
informasi bagi rencana pengambilan keputusan. Jelaskan pernyataan tersebut.
5. Strategi
umum perusahaan dalam menempatkan posisi stratejik perusahaan, biasanya
menggunakan strategi:”kepemimpinan biaya” (cost leader) dan “produk superior”.
Jelaskan pengertian Saudara atas strategi tersebut.
No comments:
Post a Comment